Postingan

Ketua GPM Sulut Seruhkan Pemerintah Wajib Perhatikan Kesulitan Petani. Sering Alami Kesusahan Bibit dan Pupuk.

Gambar
Manado (14/4). Ketua Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) Sulawesi Utara, Steven Sumolang menyeruhkan kepada pemerintah untuk memperhatikan realisasi kebijakan pertaniannya pada masyarakat. Kaum petani justru tidak menerima manfaat bagi kesejahteraannya. Pembangunan pertanian rakyat dengan sejumlah program yang hendak meningkatkan produktivitas dan ekonomi pertanian, selalu berada dalam kondisi yang kurang bagus. Petani yang berada di garis depan pembangunan pertanian, merasakan kesulitan mengakses pupuk, bibit, alat pertanian, dan segala program-program yang menjadi hak petani itu sendiri. Kemudian dipermainkan pedagang, terlilit hutang dan rentenir Semisal pupuk, terjadi masalah dalam penyalurannya. Ada permainan para penyalur yang menjualnya di tempat lain. Pada akhirnya petani sulit mendapatkan pupuk. Padahal ketersediaannya telah dijamin karena menghitung areal kebun dan sawah di desa setempat. Setiap petani minimal punya hak beli pupuk subsidi untuk lahan 2 hektarnya. Sumol

Salah Kaprah Memandang Pancasila, Refleksi Ketua GPM Sulut Soal Hari Pancasila

Gambar
Manado - Sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengutarakan dasar negara dalam 5 asas atau panca, selanjutnya akan dikenal dengan Pancasila. Melalui Kepres nomor 24 tahun 2016 pemerintah menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila dan menjadi hari libur nasional.  Saat pidato 1 Juni 1945 dicetuskan Ketuhanan Yang Maha, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Peringatan hari Pancasila 1 Juni 2021 ini, perlu kembali memaknai roh yang terkandung dalam Pancasila. Menurut Ketua Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) Sulut Steven Sumolang, jangan salah kaprah memandang Pancasila sebagai ideologi bangsa. Makanya kandungan nilai di dalamnya harus dilihat secara komprehensif, tidak melihat secara parsial. Selama ini Pancasila terkesan hanya sebagai pedoman hidup dalam menjaga stabilitas negara, menjaga kerukunan. Kalau terjadi k

Buku : Tradisi Melaut dan Perubahannya, Studi Orang Bajo di Pulau Nain Taman Nasional Laut Bunaken

Gambar
Oleh : Steven Sumolang* Kesamaan cerita banyak kampung Bajo bahwa mereka punya hubungan dengan kerajaan Johor dan kerajaan Bone, menjadi cerita pengikat kesatuan etnik Bajo yang menyebar di kepulauan nusantara. Tradisi  Palilibu, Bapongka, Babangi, Lamma  yang menangkap ikan sampai jauh dan berlama-lama akhirnya menetap,telah menyebabkan persebaran atau diaspora orang Bajo. Mata pencaharian di desa Nain didominasi nelayan dengan perkembangan terbaru perahu-perahu yang dominasi perahu  fiber , perahu yang dikembangkan dari model yang ada di desa Nain yakni perahu Lepa. Perahu fiber nelayan setempat lebih diperuntukkan bagi penangkapan ikan Tuna, disamping memancing atau menebar soma untuk menangkap ikan Deho, Malalugis, Tongkol, dan ikan karang. Dahulu orang Bajo di Nain hanya menggunaan perahu sampan yang dijalankan dengan panggayung atau  busai.  sepertinya perahu orang bajo berkembang dari jenis-jenis perahu lepa dan soppe, meski telah dimodifikasi dalam bentuk perahu fibe